Mahasiswa arsitektur melihat perkembangan arsitektur ternyata tidak hanya tergantung pada kemampuan para arsitek atau perancang bangunan saja, tetapi juga banyak tergantung pada tangapan dan apresiasi masyarakat. Akhir-akhir ini sering terlihat dengan keadaan bahwa para perancang terpaksa mengikuti selera masyarakat. Seperti penggunaan unsur-unsur arsitektur minimalis yang sekarang sudah banyak digemari oleh masyarakat, akan merupakan suatu periode perkembangan arsitektur Indonesia. Timbul keprihatinan dan kegundahan mahasiswa arsitektur yang mempertanyakan apakah arsitektur seperti itu akan menjadi arah daya cipta perkembangan arsitektur dan idealisme perancang Indonesia?
Dalam masalahnya sendiri mengenai pendalaman dan daya cipta telah menimbulkan masalah pelik bagi pengembangan daya cipta dalam pendidikan merancang. Bilamana pengalaman begitu mudah mengakibatkan cara berfikir mekanis, apakah bijaksana untuk menghadapkan mahasiswa-mahasiswa arsitektur pada pemecahan-pemecahan dan karya-karya perancang lain? Selalu ada yang berpendapat bahwa memperhatikan penyelesaian-penyelesaian sebelum dapat mengekang gagasan mahasiswa arsitektur. Tetapi ada juga yang berpendapat perlunya mahasiswa arsitektur akan membuat kesalahan-kesalahan tanpa studi-studi yang demikian. Alasan ini dibantah dengan pertimbangan bahwa kesalahan-kesalahan yang dibuat sendiri mengandung pelajaran yang lebih baik daripada mempelajari jawaban-jawaban yang dijadikan contoh. Akhirnya banyak tergantung pula dari peran pekerjaan mahasiswa arsitektur di studio : Apakah mahasiswa arsitektur memperoleh masalah perancangan agar ia belajar merancang untuk memperhatikan kemampuan mereka dalam merancang? Bagaimana juga perancang muda akan mengalami perbedaan besar antara merancang untuk diri sendiri pada waktu masih belajar ini dan merancang untuk pemberi tugas dalam kenyataan dengan segala prasangka dan dari kecenderungannya.
Memang tidak dapat mengharapkan dirinya sendiri untuk menjadi kreatif tanpa persediaan sejumlah pengalaman dan pengetahuan. Kemampuan untuk melaui atau menyatakan, tergantung dari persedian tersebut, tempat mengambil gagasan-gagasan. Kemudian mahasiswa arsitektur mempunyai kekuatan untuk menilai dan membedakan gagasan-gagasan. Menafsir adalah keterampilan tarakhir dan analog dengan tahap transformator yang memungkinkan gagasan-gagasan diterjemahkan kedalam bentuk-bentuk dan konteks-konteks.
Mahasiswa arsitektur sebagai manusia terbatas sudah barang tentu
Inilah titik dimana daya cipta dibutuhkan dan bukan kemahiran atau kecerdasan. Bila jalan pikiran terputus dan tidak berurutan lagi, diperlukan usaha baru untuk mencari seperangkat masalah baru atau sudut pandang baru. Strategi mahasiswa arsitektur dalam perancangan ditentukan dengan cara memilih untuk mengalihkan perhatian dari bagian masalah yang satu ke yang lain. Ada yang sekaligus mengolah beberapa gagasan secara sejajar. Ada lagi yang menunda gagasan samara-samar mereka dahulu dan memasang kendala lebih banyak dalam percobaan pertama. Alangkah baiknya kita dengan mudah dapat meninggfalkan pemecahan yang benar-benar tidak dapat dikembangkan lagi.
Mahasiswa arsitektur yang mulai mengolah masalah baru menyerupai seorang pujangga yang terbangun dan menemukan dirinya dalam sebuah rangkaian kata-kata puitis. Saat memulai, ia tidak tahu benar dimulai darimana ia berada, seindah puisi itu dan bagaimana bagaimana bentuk kenyatan yang sebenarnya. Dimanakah ia akan memulai mencari dan bagaimana caranya? Ia memerlukan penglihatan yang peka terhadap lingkungan di sekelilingnya tentang bagaimana hubungan bagian yang satu dan yang lainnya karena semuanya membutuhkan proses dan diterjemahkan pujangga didalam susunan kata-kata yang tidak hanya kritis dan puitis tetapi juga sebagai dorongan hidup yang senantiasa untuk mendedikasikan ilmunya bagi orang banyak.
Ada yang menganggap bahwa lewat profesi ini dimungkinkan memperoleh kekayaan materil yang memadai kemudian hari. Ada yang cita-citanya sanar-samar saja muncul dalam benak hatinya, tetapi ada juga yang betul-betul terpanggil jiwanya untuk menjadi arsitek. Seorang arsitek harus berusaha dalam batas kemampuannya memberikan bimbingan dalam arsitektur sebagai bentuk kepercayaan dan penasehat ahli serta penuh iktikad sebaik-baiknya. Minat terhadap profesi ini tahun demi tahun meningkat. Ada kemungkinan kelak kita memperoleh sedikit kesempatan untuk menjadi profesi perancangan murni. Mungkin kita akan berkecimpung dalam pembinaan lingkungan permukiman masyarakat kecil yang miskin dan sangat banyak, itupun tugas arsitek. Namun, tugas apapun yang akan kita pikul kemudian, seorang arsitek harus jujur, berdedikasi penuh dan tanggung jawab.
Marilah kita bersama-sama melihat segala sesuatu tidak hanya melaui kaca yang tembus pandang, tetapi juga melaui cermin, agar bisa mawas diri. Sebagai arsitek nanti, mau tak mau kita harus bergulat dengan bahan-bahan yang keras seperti beton, batu, baja, tetapi dalam sikap kita yang harus tetap lembut, luwes dan kenyal. Wassalam.
from : http://nashararchitect.blogspot.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar